Friday, July 11, 2003

Hijrah: Sebuah Pola Perjuangan

Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada hijrah setelah fath (dibukanya kota Mekkah) tetapi yang ada adalah jihad dan niat" (HR Bukhari dan Muslim)
Umar bin Khaththab yang menjadikan momentum hijrah menjadi awal dari tahun Islam, sadar betul bahwa hijrah adalah satu peristiwa yang besar tidak saja bagi sejarah Islam tetapi bahkan bagi sejarah manusia secara keseluruhan, baik secara lahiriyah ataupun maknawiyah.

Dengan hijrah terbentuklah Darul Islam (Islamic city-state) di Madinah dan kaum muslimin mempunyai negara sendiri. Dengan hijrah pula kaum muslimin dianggap sebagai satu umat dan dapat membentuk spesifikasi karakternya yang sangat unik. Dan setelah hijrah, barulah turun ayat-ayat al-Quran yang membawa perintah kewajiban dan tatanan hukum formal bagi kaum muslimin. Karena itu momentum hijrah pada esensinya adalah titik perubahan dan transformasi yang sangat penting dalam kehidupan muslim dan sejarah Islam. Transformasi dari realita nafsi-nafsi (sendiri-sendiri) tanpa ukhuwah kepada eksistensi integritas umatan wahidah (umat yang integral) dengan akidah, ibadah dan akhlaknya. Maka hijrah sebenarnya adalah konsep perubahan, reformasi dan transformasi diri dan masyarakat dalam Islam.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: Apa yang di maksud hadits diatas bahwa hijrah tidak lagi menjadi kewajiban bagi muslim setelah kota Mekkah dibuka oleh Rasulullah saw dan para sahabat?
Secara etimologi hijrah memang berarti pindah dari satu tempat ke tempat lain, seperti pindahannya sebagian sahabat Rasulullah saw dari Mekkah ke Habasyah atau dari Mekkah ke Madinah. Sedangkan secara terminologi, hijrah bisa dibagi menjadi tiga macam. Pertama, Hijrah Makani, yaitu pindah dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman; dari darul-kufri ke darul-iman; atau karena alasan-alasan lain. Seperti hijrah Rasulullah saw dan para sahabat Rasulullah saw dari kota Mekkah ke kota Madinah. Perpindahan ini tidak dapat begitu saja kita namakan migrasi, karena hijrah harus dilakukan dengan knya yang dia dapatkan adalah apa yang ia niatkan" (HR. Bukhori dan Muslim) .....to be...continue

Wednesday, July 09, 2003

Awalilah setiap segala aktifitas dengan membaca Basmallah dan akhiri dengan Hamdallah.
Keadaan hamba ini hanya ada empat macam: Nikmat, bala, taat dan maksiat. Maka jika ada di dalam nikmat, kewajipan hamba adalah bersyukur kepada Allah dan jika menerima bala harus sabar. Dan jika dapat melakukan ketaatan harus merasa mendapat taufik hidayat dari Allah. Dan bila tergelincir dalam dosa maksiat, maka harus membaca istighfar

Abul -Abbas Al Masri

Allah mengasihani kaum yang menganggap dunia sebagai barang simpanan. Lalu mereka menyerahkannya kepada orang yang sanggup memegang amanah mereka terhadap barang simpanan tersebut. Kemudian, mereka merasa senang dengan ringannya beban

Al-Hassan Al-Bashri

Ada empat hal yang dapat mengangkat seseorang kepada darjat yang tertinggi, walaupun amal dan ibadahnya sedikit, iaitu sifat-sifat penyantun, merendah diri, pemurah dan budi pekerti yang baik. Itulah kesempurnaan iman

Abul Qasim Al-Junaid
Assalamualaikum wr.wb,

Demi Alloh yang nyawaku dalam genggamannya, Dengan menyebut nama Alloh yang maha pengasih dan penyayang, aku bersaksi tiada tuhan selain Alloh dan Muhamad utusan Alloh,

Email Dari Rasul ...

Malam sudah cukup larut, namun mata ini masih tak bisa terpejam. Semua tugas-tugas kantor yang kubawa pulang sudah selesai, tak lupa kusediakan setengah jam sebelum pukul 23.00 untuk membalas beberapa email yang baru sempat terbaca malam ini. Nyaris saja kupilih menu 'shut down' setelah sebelumnya menutup semua jendela di layar komputer, tiba-tiba muncul alert yahoo masuknya email baru. "You have 1 new message(s)...". Seperti biasanya, aku selalu tersenyum setiap kali alert itu muncul, karena sudah bisa diduga, email itu datang dari orang-orang, sahabat, saudara, kerabat, intinya, aku selalu senang menunggu kabar melalui email dari mereka. Tapi yang ini ... Ooopss ... ini pasti main-main ... disitu tertulis "From: Muhammad Rasul Allah"

Walaupun sudah seringkali menerima junkmail atau beraneka spam, namun kali ini aku tidak menganggapnya sebagai email sampah atau orang sedang main-main denganku. Maklum, meski selama ini sering sekali teman-teman yang 'ngerjain', tapi kali ini, sekonyol-konyolnya teman-teman sudah pasti tidak ada yang berani mengatasnamakan Rasulullah Saw. Maka dengan hati-hati, kuraih mouse-ku dan ... klik ...

"Salam sejahtera saudaraku, bagaimana khabar imanmu hari ini ...
Kebaikan apa yang sudah kau perbuat hari ini, sebanyak apa perbuatan dosamu hari ini ..."
Aku tersentak ... degub didada semakin keras, sedetik kemudian, ritmenya terus meningkat cepat. Kuhela nafas dalam-dalam untuk melegakan rongga dada yang serasa ditohok teramat keras hingga menyesakkan. Tiga pertanyaan awal dari "Rasulullah" itu membuatku menahan nafas sementara otakku berputar mencari dan memilih kata untuk siap-siap me-reply email tersebut. Barisan kalimat "Rasulullah" belum selesai, tapi rasanya terlalu berat untuk melanjutkannya. Antara takut dan penasaran bergelut hingga akhirnya kuputuskan untuk membacanya lagi.
"Cinta seorang ummat kepada Rasulnya, harus tercermin dalam setiap perilakunya. Tidak memilih tempat, waktu dan keadaan. Karena aku, akan selalu mencintai ummatku, tak kenal lelah. Masihkah kau mencintaiku hari ini?"

Air menetes membasahi pipiku, semakin kuteruskan membaca kalimat-kalimatnya, semakin deras air yang keluar dari sudut mataku.
"Pengorbanan seorang ummat terhadap agamanya, jangan pernah berhenti sebelum Allah menghendaki untuk berhenti. Dan kau tahu, kehendak untuk berhenti memberikan pengorbanan itu, biasanya seiring dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Izrail untuk menghentikan semua aktifitas manusia. Sampai detik ini, pernahkah kau berkorban untuk Allah?".
Kusorot ketengah halaman ....

"Sebagai Ayah, aku contohkan kepada ummatku untuk menyayangi anak-anak mereka dengan penuh kasih. Kuajari juga bagaimana mencintai istri-istri tanpa sedikit melukai perasaannya, sehingga kudapati istri-istriku teramat mencintaiku atas nama Allah. Aku tidak pernah merasakan memiliki orangtua seperti kebanyakan ummatku, tapi kepada orang-orang yang lebih tua, aku sangat menghormati, kepada yang muda, aku mencintai mereka. Sudahkah hari ini kau mencium mesra dan membelai lembut anak-anakmu seperti yang kulakukan terhadap Fatimah? Masihkah panggilan sayang dan hangat menghiasi hari-harimu bersama istrimu? Sudahkah juga kau menjadi pemimpin yang baik untuk keluargamu, seperti aku mencontohkannya langsung terhadap keluargaku?.
Satu hentakkan pagedown lagi ...

"Aku telah memberi contoh bagaimana berkasih sayang kepada sesama mukmin, bersikap arif dan bijak namun tegas kepada manusia dari golongan lainnya, termasuk menghormati keberadaan makhluk lain dimuka bumi. Saudaraku ..."
Cukup sudah. Aku tak lagi sanggup meneruskan rentetan kalimatnya hingga habis. Masih tersisa panjang isi email dari Rasulullah, namun baru yang sedikit ini saja, aku merasa tidak kuat. Aku tidak sanggup meneruskan semuanya karena sepertinya Rasulullah sangat tahu semua kesalahan dan kekuranganku, dan jika kulanjutkan hingga habis, yang pasti semuanya tentang aku, tentang semua kesalahan dan dosa-dosaku.

Kuhela nafas panjang berkali-kali, tapi justru semain sesak. Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, entah apa yang terjadi. Sudah tibakah waktuku? Padahal aku belum sempat me-reply email Rasulullah itu untuk memberitahukan kepada beliau bahwa aku tidak akan menjawab semua emailku dengan kata-kata. Karena aku yakin, Rasul lebih senang aku memperbaiki semua kesalahanku hari ini dan hari-hari sebelumnya, dari pada harus bermanis-manis mengumbar kata memikat hati, yang biasanya tak berketerusan dengan amal yang nyata.

Pandanganku kini benar-benar gelap, pekat sampai tak ada lagi yang bisa terlihat. Hingga ... nit... nit... alarm jam tanganku berbunyi. 00.00 WIB. Ah, kulirik komputerku, kosong, kucari-cari email dari Rasulullah di inbox-ku. Tidak ada. Astaghfirullaah, mungkinkah Rasulullah manusia mulia itu mau mengirimi ummatnya yang belum benar-benar mencintainya ini sebuah email? Ternyata aku hanya bermimpi, mungkin mimpi yang berangkat dari kerinduanku akan bertemu Rasul Allah. Tapi aku merasa berdosa telah bermimpi seperti ini. Tinggal kini, kumohon ampunan kepada Allah atas kelancangan mimpiku.
Wallahu 'a'lam bishshowaab

Wassalamualaikum wr.wb

Jamaludin Malik Al-Fathi
GOLONGAN YANG SELAMAT


1. Golongan yang setia mengikuti manhaj Rasulullah dalam hidupnya, serta manhaj para sahabat sesudahnya.
2. Golongan Yang Selamat akan kembali (merujuk) kepada Kalamullah dan RasulNya tatkala terjadi perselisihan dan pertentangan di antara mereka, sebagai realisasi dari firman Allah
3. Golongan Yang Selamat tidak mendahulukan perkataan se-seorang atas Kalamullah dan RasulNya, realisasi dari firman Allah
4. Golongan Yang Selamat senantiasa menjaga kemurnian tauhid.
5. Golongan Yang Selamat senang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, baik dalam ibadah, perilaku dan dalam segenap hidupnya.
6. Golongan Yang Selamat tidak berpegang kecuali kepada Kalamullah dan Kalam RasulNya yang maksum, yang ber-bicara dengan tidak mengikuti hawa
nafsu
7.Golongan para ahli hadits
8.Golongan Yang Selamat menghormati para imam mujtahi-din, tidak fanatik terhadap salah seorang di antara mereka
9.Golongan Yang Selamat menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar
10.Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada sunnah Rasul dan para sahabatnya
11.Golongan Yang Selamat mengingkari peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh manusia apabila undang-undang tersebut bertentangan dengan ajaran Islam
12.Golongan Yang Selamat mengajak seluruh umat Islam ber-jihad di jalan Allah

Tuesday, July 08, 2003

ILMU

Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, bersolat dan berjihad.
Apabila mati orang yang berilmu, maka terdapat suatu kekosongan selain oleh penggantinya(yang berilmu juga)

Khalifah Ali bin Abi Thalib

Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya

Khalifah Ali bin Abi Thalib

Di antara fitnah orang yang berilmu (orang alim) ialah berkata-kata lebih disukai daripada mendengar.
Padahal mendengar itu lebih selamat daripada berkata-kata kerana dalam berkata-kata orang cenderung untuk mengisi, menambah dan mengurangi

Yazid bin Abi Habib

Monday, July 07, 2003

KEUTAMAAN ILMU 2

Mengapa kita harus mencari ilmu? Karena, ilmu itu sebagai pembuka jalan. Mengapa kita harus mempelajari ilmu agama Islam? Karena, mempelajari agama Islam adalah ilmu yang paling penting dan terutama. Mengapa mempelajari agama merupakan ilmu yang paling penting? Karena, agama memberikan petunjuk dan bimbingan kepada seseorang bagaimana mencapai kehidupan yang selamat dan bahagia, baik di dunia maupun kehidupan selanjutnya (setelah mati), yaitu akhirat.


Sesungguhnya setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang selamat dan bahagia. Apabila seseorang hanya mencari ilmu untuk bisa hidup sukses di dunia, mungkin ketika hidup di dunia orang itu bisa hidup sukses dan bahagia. Tetapi, jika dia melupakan agama, apa yang terjadi? Yang terjadi adalah meskipun boleh jadi di dunia dia sukses dan bahagia, tetapi setelah mati dia akan celaka dan menderita. Celaka dan menderitanya seseorang setelah mati itu sangat besar urusannya, karena kecelakaan dan penderitaan itu akan berlangsung terus tanpa akhir. Dia akan masuk ke dalam kecelakaan dan penderitaan yang abadi. Menurut ajaran agama, orang yang celaka dan menderita itu adalah orang yang masuk ke alam neraka. Sebaliknya, seorang yang di dalam hidupnya memperhatikan (mengamalkan) ajaran agama, ia pasti akan beroleh pertolongan dari Allah, dan kelak di akhirat akan masuk ke dalam alam surga.


Oleh karena itu, tidak ada kata lain bahwa ilmu itu memang sangat penting. Kita wajib menuntut ilmu. Keutamaan ilmu itu dapat kita lihat dalam firman Allah SWT, sabda Rasulullah saw., dan perkataan ulama sebagai berikut.


Allah SWT berfirman yang artinya, "Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang mempunyai ilmu." (Al-Mujadalah: 11).


Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad).


Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikannya, niscaya Allah akan memahamkannya dalam urusan agama." (HR Bukhari, Muslim, Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, dan Darimi).


Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Manusia adalah tambang-tambang seperti tambang-tambang emas dan perak. Orang-orang yang terbaik di antara orang-orang jahiliah adalah orang-orang yang terbaik pula dalam Islam, yaitu jika mereka memiliki memahami (berilmu)." (Bukhari, Muslim, dan Ahmad).


Sabda Rasululah saw. kepada Abu Dzar, "Wahai Abu Dzar, kamu pergi dan mempelajari satu ayat saja dari kitab Allah Taala (Alquran) adalah lebih baik bagi kamu daripada salat seratus rakaat, dan kamu pergi kemudian belajar satu bab dari ilmu, baik diamalkan atau tidak adalah lebih baik daripada salat seribu rakaat." (Sunan Ibnu Majah).


Dari Mu'adz bin Jabal r.a. diriwayatkan, "Belajarlah ilmu sebab mempelajari ilmu karena Allah adalah takut kepada-Nya, dan menuntut ilmu adalah ibadah, mengingat-ingatnya adalah tasbih, dan mencarinya adalah perjuangan (jihad), mengajarkannya adalah sedekah, dan mencurahkannya kepada ahlinya adalah kedekatan (kepada Allah)."


Imam Ali r.a. mengatakan, "Ilmu lebih utama daripada harta karena tujuh alasan, yaitu:
(1) ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan Firaun;
(2) ilmu tidak akan berkurang karena diberikan kepada orang lain, sedangkan harta akan berkurang jika dinafkahkan;
(3) harta perlu dijaga, sedangkan ilmu dapat menjaga pemiliknya;
(4) jika seseorang meninggal dunia, ia akan meninggalkan hartanya, sedangkan ilmu akan dibawa ke dalam kubur;
(5) harta dapat dicapai oleh orang mukmin dan kafir, sedangkan ilmu hanya dapat dicapai oleh orang mukmin;
(6) semua orang membutuhkan seorang yang berilmu yang mengetahui urusan agama, dan mereka tidak membutuhkan pemilik harta;
(7) ilmu akan menguatkan seseorang dalam menyeberangi shirath (jalan menuju surga), sedangkan harta akan menghalanginya."