Sunday, October 24, 2004

Aku ingin menciumu ibu

"dari seorang anak perempuan kepada ibunya"

Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku 'dipaksa' membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.

Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.

Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu.
Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.

Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.

Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.

Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat
saat aku menangis.

Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.

Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do'a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.

Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.

Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang baik dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku.

Monday, March 01, 2004

RIHLAH

RIHLAH 29 Pebruari 2004
di Adakan oleh KCMyQ Bandung (komunitas Chatter MyQuran Bandung - server Webnet) di Situ Lembang Bandung

Yang Hadir :
Gunawan dari Bandung
Sam2 Usama (airfoil777) dari Bandung
Lukman (aladin) dari Bandung
Heri dari bandung
Nobelia C (AisyahPutri^_^) dari Bandung
Teni Indah S (green_sinai) dari Bandung (walaupun hanya breefing aja di UPI)
Mangdin (Samsudin) dari Jakarta
Edhipur (mas Edi) dari jakarta
Nurjanah dari Jakarta


Acara :
~ Rihlah
~ Riyadhoh
~ Muhasabah/evaluasi & sedikit Taujih
~ Ramah tamah
~ Poto-poto

Kesan:
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar ...
Itu kiranya yang bisa Kami ungkapkan selama perjalanan/RIHLAH ke Situ Lembang, walaupun sayang tidak banyak yang ikut, but justru dengan hanya 8 orang kami lebih merasakan makna perjalanan ini. Karena tidk menjamin banyakan bisa lebih bermakna.

Intermezzo:
Banyak hal-hal terjadi selama perjalanan, ternyaya kami bisa lebih saling mengenal satu dengan yang lainnya kalo sudah di alam terbuka, dan lucunya ada yang takut sama ulet bulu :)) tappi sssssssssssttttttttttt ini rahasia ya?
kami lebih akrab ternyata kalo sudah ada di alam bebas di mana kamuflase diri sudah tak terhijab lagi kami bisa saling tafahum dan subhanallah begitu indanhnya ukhuwah padahal walaupun kami baru ketemu sekali, terutama ana dengan mang din dan edhipur tapi kami seperti yg sudah lama ketemu.:)
Pas Awal pemberangkatan kita lewat vila2 wach begitu indanya dan kami poto2 di sana loh lihat aja nanti ya? kalo dach jadi:)

Makan-makan (ramah tamah)
Tahu gak sih loh...(hehe:D kayak iklan aja) kita makan2di pinggir situ lembang sambil menikmati indahnya alam kita juga menikmati makan siang yang dach dari selama perjalan diprotes terus tuk istirahat makan.
but subhanallah nikamtanya, Alhamdulillah...:)
ini juga ada potonya entar ya?:)

lalu... pas pulang kita berlomba dengan hujan takut ke hujanan al hasil kami saling ngebut, alias riyadhoh disini bari kelihatan sejauh mana kualitas diri kita, konon katanya kuatnya jasad kita dikarena jiwa ini yg kuat. karena Allahlah yang dapat menguatkan kita.

banyak dech yg mau di ceritain tapi...
keterbatasan ana nih dlammenulis af1...
yang jelas ntar lihat di dokumentasi/foto2nya ya?

wuihhh masih pegel² nih maklum dach lama gak Rihlah seperti ini, :)

Wednesday, February 18, 2004

DARI BENING AKAL KE BENING HATI

Ada sebuah pertanyaan yang kritis dan menantang dari kaum materialis (sebuah kaum yang mengagungkan/ melihat hasil akhir, kurang lebih seperti itu red) kepada kaum beragama. Mereka menyatakan bahwa Tuhan itu tidak mungkin ada karena menurut mereka itu tidak masuk akal, tidak bisa dilihat, tidak bisa didengar atau dicerna secara pemikiran. Atas pertanyaan dan pernyataan mereka itu Al-quran telah menantang kaum mujadilun tersebut dengan ayat-ayat seperti Q.S. 16:125 : " serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik . sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" Nah, yang menjadi pertanyaan bagi kita bagaimana kita bisa sampai pada daya dan kekuatan untuk memahami adanya sang Kholiq? Karena bagi sebagian orang dengan pernyataan kaum materialis tadi akan berfikir "….wah enya..nya!…" jika sudah sampai pada perkataan itu bisa sangat berbahaya untuk kesehatan jiwa kita. Perhatikan, apakah anda bisa melihat Allah? Tidak kan? Apakah anda bisa mendengar Allah? Tidak jugakan? Bagaimana dengan pemikiran anda? Mmm..rumitkan? Lalu apakah mereka benar? Tidak sahabat, mereka salah!! Karena mereka tidak melihat Allah dengan hatinya karena mereka juga tidak mendengasr Allah dengan jiwa nya mereka pun mencerna keberadaan Allah dengan adat kebiasaan manusia tidak dengan Akal (Nurul latifun ruhaniun Rabbaniun,red) "mereka itulah yang ahti mata dan pendengarannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai" (Q.S. 16:108)

Untuk menjawab pertanyaan tadi, kita harus mempelajari ilmu yang paling mendasar dalam islam, yakni : ilmu Aqidah. Aqidah adalah ilmu ma'rifat untuk mengenal lebih dalam akan Allah dan Rosul-Nya. Aqidah merupakan pedoman dasar (al-asas) dalam bangunan islam. Oleh karena itu para ulama sangat keras dan hati-hati dalam membahas dan membahasakan aqidah ini karena kesalahpahaman terhadap aqidah akan menyebabkan kefatalan dalam keimanan. Dilihat dari segi pengertiannya atau definisi Aqidah adalah ikatan yang kuat seorang hamba dengan Tuhannya yang lahir dari suatu perjanjian yang sungguh-sungguh dan menuntut adanya pelaksanaan, dipentingkan dan dipelihara dan ditujukan hanya kepada Alloh semata. Seperti tersirat dalam Q.S 9 : 24 "katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum kerabat mu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah, Rosul dan dari berjihad dijalan-Nya maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang pasik".

Manusia, makhluk tersempurna yang diciptakan Allah (Q.s. 95:4) telah diberikan alat untuk menghantarkan keimanan yang haqiqi. Alat itu berupa potensi internal yaitu sama, bashar dan qolb. Manusiamempunyai nilai lebih dari pada binatang karena denghan pemberdayaan sama dan basharny, akalnya dapat berfungsi dengan baik. Perlu juga kita ketahui bahwasanya akal kita terbagi atas dua bagianyaitu:
1. Akal thobi'I yaitu akal yang mempunyai daya kemampuan untuk menghasilkan tujuannya, tapi tidak dapat mengerti terhadap adanya sang Wajibul Wujud (Allah)
2. Akal ghorizi yaitu akal yang mempunyai daya kekuatan untu mengerti kepada adanya Allah.
Keyakinan yang mantap akan sesuatu mempunyai proses dari penangkapan objek (al-hisi wal histaro), pendeskripsian (al-khoyaliah), pemahaman (wohmiyah), penyimpanan (al-hafizu). Dalam hal ini para mutakalimin menyatakan bahwa untuk mencapai 'itiqod bil qolb seorang mukalaf (orang yang telah sempurna akalnya) harus ber'itiqod bil aqli terlebih dahulu, Artinya, untuk bisa mencapai tingkatan penyerahan hati yang sempurna terhadap Allah. Hati yang basah dengan kata lain bening hati maka seseorang itu harus mengetahui (memahami) secara teori terlebih dahulu. Sebagai satu ilustrasi sederhana, bagaimana kita yakin objek A jika kita tidak mengetahui secara akurat objek A tersebut. Jadi 'itikod bil qolb akan sangat berbahaya bila hal yang kita yakini belum ter-tanjih (tersucikan) atau tidak sesuai dengan informasi dari Alloh dan rosul-Nya. Al-quran mengingatkan kita untuk tidak berbertaqlid dalam keimanan. "dan jangan kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban"., tetapi keimanan harus dinamis menuju keimanan yang lebih dalam dengan ditopang bukti-bukti (dalil-dalil) atau keterangan-keterangan yang kuat dan akurat yang bisa diyakini bukan hanya sekedar dugaan-dugaan semata. Bahkan seorang umar sekalipun pernah ditegur oleh Rosulullah ketika Umar meniru apa yang dilakukan Rosulullah begitu saja tanpa bertanya terlebih dahulu. Kesalahan mengidentifikasi objek (seperti contoh :A) akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Dalam Q.S 29:21 Allah mencontohkan : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menggerakkan matahari dan bulan niscaya mereka akan menjawab "Allah". Secara jelas mereka mengakui Alloh lah yang menciptakan tetapi dalam kehidupan sehari hari antara pengetahuan mereka tentang Alloh dan rosul tidak sesuai dengan realita keseharian. Mereka cenderung untuk mengikuti aturan-aturan nenek moyang (Q.S. 2 :170)

Dalam sebuah bukunya DR. Yusuf Qordhowi (Menghidupkan manusia Rabbaniah dan ilmiah, 1995) menulis.
" para ulama akal sebagai penyebab taklif, inti pahala dan siksa, mereka juga menetapkan bahwa akal merupakjan dasar naql, sebab jika keberadaan Allah tidak dikuatkan akal dan kebenaran nabi tidak dikuatkan dengan akal maka wahyupun tidak akan dikuatkan oleh akal…"
berangkat dari sini para peneliti dari kalangan ulama islam menetapkan, bahwa iman orang yang bertaqlid secara utuh tidak akan diterima. Sebab dia melandaskan imannya kepada keterangan penguat, tidak didasarkan kepada hujjah yang nyata dan hanya kepada taqlid semat".
Akhirul kalam, maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim yang mukallaf untuk mendaya gunakan akal dan hati yang telah diberikan Allah kepada kita semua untuk mencapai iman yang tertinggi yakni iman haqiqotul hoqiqot. Adrie M. S (ketum FKII, forum kajian islam ilmiah)
Dari bening akal ke bening hati

Ada sebuah pertanyaan yang kritis dan menantang dari kaum materialis (sebuah kaum yang mengagungkan/ melihat hasil akhir, kurang lebih seperti itu red) kepada kaum beragama. Mereka menyatakan bahwa Tuhan itu tidak mungkin ada karena menurut mereka itu tidak masuk akal, tidak bisa dilihat, tidak bisa didengar atau dicerna secara pemikiran. Atas pertanyaan dan pernyataan mereka itu Al-quran telah menantang kaum mujadilun tersebut dengan ayat-ayat seperti Q.S. 16:125 : " serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik . sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" Nah, yang menjadi pertanyaan bagi kita bagaimana kita bisa sampai pada daya dan kekuatan untuk memahami adanya sang Kholiq? Karena bagi sebagian orang dengan pernyataan kaum materialis tadi akan berfikir "….wah enya..nya!…" jika sudah sampai pada perkataan itu bisa sangat berbahaya untuk kesehatan jiwa kita. Perhatikan, apakah anda bisa melihat Allah? Tidak kan? Apakah anda bisa mendengar Allah? Tidak jugakan? Bagaimana dengan pemikiran anda? Mmm..rumitkan? Lalu apakah mereka benar? Tidak sahabat, mereka salah!! Karena mereka tidak melihat Allah dengan hatinya karena mereka juga tidak mendengasr Allah dengan jiwa nya mereka pun mencerna keberadaan Allah dengan adat kebiasaan manusia tidak dengan Akal (Nurul latifun ruhaniun Rabbaniun,red) "mereka itulah yang ahti mata dan pendengarannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai" (Q.S. 16:108)

Untuk menjawab pertanyaan tadi, kita harus mempelajari ilmu yang paling mendasar dalam islam, yakni : ilmu Aqidah. Aqidah adalah ilmu ma'rifat untuk mengenal lebih dalam akan Allah dan Rosul-Nya. Aqidah merupakan pedoman dasar (al-asas) dalam bangunan islam. Oleh karena itu para ulama sangat keras dan hati-hati dalam membahas dan membahasakan aqidah ini karena kesalahpahaman terhadap aqidah akan menyebabkan kefatalan dalam keimanan. Dilihat dari segi pengertiannya atau definisi Aqidah adalah ikatan yang kuat seorang hamba dengan Tuhannya yang lahir dari suatu perjanjian yang sungguh-sungguh dan menuntut adanya pelaksanaan, dipentingkan dan dipelihara dan ditujukan hanya kepada Alloh semata. Seperti tersirat dalam Q.S 9 : 24 "katakanlah, 'jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kaum kerabat mu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah, Rosul dan dari berjihad dijalan-Nya maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang pasik".

Manusia, makhluk tersempurna yang diciptakan Allah (Q.s. 95:4) telah diberikan alat untuk menghantarkan keimanan yang haqiqi. Alat itu berupa potensi internal yaitu sama, bashar dan qolb. Manusiamempunyai nilai lebih dari pada binatang karena denghan pemberdayaan sama dan basharny, akalnya dapat berfungsi dengan baik. Perlu juga kita ketahui bahwasanya akal kita terbagi atas dua bagianyaitu:
1. Akal thobi'I yaitu akal yang mempunyai daya kemampuan untuk menghasilkan tujuannya, tapi tidak dapat mengerti terhadap adanya sang Wajibul Wujud (Allah)
2. Akal ghorizi yaitu akal yang mempunyai daya kekuatan untu mengerti kepada adanya Allah.
Keyakinan yang mantap akan sesuatu mempunyai proses dari penangkapan objek (al-hisi wal histaro), pendeskripsian (al-khoyaliah), pemahaman (wohmiyah), penyimpanan (al-hafizu). Dalam hal ini para mutakalimin menyatakan bahwa untuk mencapai 'itiqod bil qolb seorang mukalaf (orang yang telah sempurna akalnya) harus ber'itiqod bil aqli terlebih dahulu, Artinya, untuk bisa mencapai tingkatan penyerahan hati yang sempurna terhadap Allah. Hati yang basah dengan kata lain bening hati maka seseorang itu harus mengetahui (memahami) secara teori terlebih dahulu. Sebagai satu ilustrasi sederhana, bagaimana kita yakin objek A jika kita tidak mengetahui secara akurat objek A tersebut. Jadi 'itikod bil qolb akan sangat berbahaya bila hal yang kita yakini belum ter-tanjih (tersucikan) atau tidak sesuai dengan informasi dari Alloh dan rosul-Nya. Al-quran mengingatkan kita untuk tidak berbertaqlid dalam keimanan. "dan jangan kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban"., tetapi keimanan harus dinamis menuju keimanan yang lebih dalam dengan ditopang bukti-bukti (dalil-dalil) atau keterangan-keterangan yang kuat dan akurat yang bisa diyakini bukan hanya sekedar dugaan-dugaan semata. Bahkan seorang umar sekalipun pernah ditegur oleh Rosulullah ketika Umar meniru apa yang dilakukan Rosulullah begitu saja tanpa bertanya terlebih dahulu. Kesalahan mengidentifikasi objek (seperti contoh :A) akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Dalam Q.S 29:21 Allah mencontohkan : "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menggerakkan matahari dan bulan niscaya mereka akan menjawab "Allah". Secara jelas mereka mengakui Alloh lah yang menciptakan tetapi dalam kehidupan sehari hari antara pengetahuan mereka tentang Alloh dan rosul tidak sesuai dengan realita keseharian. Mereka cenderung untuk mengikuti aturan-aturan nenek moyang (Q.S. 2 :170)
Dalam sebuah bukunya DR. Yusuf Qordhowi (Menghidupkan manusia Rabbaniah dan ilmiah, 1995) menulis.
" para ulama akal sebagai penyebab taklif, inti pahala dan siksa, mereka juga menetapkan bahwa akal merupakjan dasar naql, sebab jika keberadaan Allah tidak dikuatkan akal dan kebenaran nabi tidak dikuatkan dengan akal maka wahyupun tidak akan dikuatkan oleh akal…"
berangkat dari sini para peneliti dari kalangan ulama islam menetapkan, bahwa iman orang yang bertaqlid secara utuh tidak akan diterima. Sebab dia melandaskan imannya kepada keterangan penguat, tidak didasarkan kepada hujjah yang nyata dan hanya kepada taqlid semat".
Akhirul kalam, maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim yang mukallaf untuk mendaya gunakan akal dan hati yang telah diberikan Allah kepada kita semua untuk mencapai iman yang tertinggi yakni iman haqiqotul hoqiqot. Adrie M. S (ketum FKII, forum kajian islam ilmiah)

Friday, February 13, 2004

RENUNGAN PEJUANG .....

Dalam sebuah obrolan santai depan rumah, terungkap satu masalah yang sepertinya sangat dekat dengan pendengaran kita. Keboborokan moral para pemimpin negeri ini. Wah serem pisan. Dalam obrolan itu dilontarkan perkataan dari seorang pentolan Ikwanul Muslimin, kalau tidak salah Abu Rosyad, bahwa indonesia terpuruk seperti ini bukan karena orangnya bodoh dalam artian tidak memahami ilmu ekonomi atau tidak bisa hitung tetapi kebanyakan orang Islam ini sudah musyrik rububiyah. Wow..serem lagi.
Dalam ceramahnya di IAIN Sunan Gunung jati itu, beliau menjelaskan mengapa disebut musyrik rububiyah? Karena pemimpin negeri ini kebanyakan orang Islam tetapi mereka bukannya melaksakan aturan Alloh secara total melainkan memakai acuan lain pula.
Ya seperti itulah kurang lebih yang dikatakan beliau. Diwaktu lain penulis pun mendengar siaran langsung dari da'i kondang Aa Gym bersama keluarganya. Saat itu Aa Gym bertanya kepada salah satu anaknya dengan pertanyaan yang tidak jauh berbeda dengan pertanyaan diatas. Lalu terlontar dari mulut sanga anak " mungkin ibadahnya belum benar" katanya sambil disambut dengan tertawa dari Aa dan istri.
Nah ternyata walaupun mungkin tidak terlalu mewakili, terpuruknya negeri ini bukan oleh miskinnya orang indonesia karena ternyata masih banyak mall yang berdiri dan akan diberidirkan, perumahan elit makin banyak, di televisi uang dihamburkan dalam jumlah yang tidak sedikit. Atau ternyata Indonesia yang katanya jatuh miskin (krisis Moneter) masih mampu membeli sebuah pesawat tempur. Presidennya masih bisa terbang keliling dunia.
Jadi apanya yang salah? Jika disimpulkan baik dari anaknya Aa Gym mau pun Abu Rosyad maka intinya adalah kurangnya pemahaman terhadap Islam, sehingga cenderung mengabaikan sisi ruhiah dari sebuah penggalan perjalanan hidupnya. Akhirat, kiamat benar-benar menjadi cerita saja yang kurang mencekam dibanding ceritanya pa Leo dalam percaya nggak percaya.
Proses memahami ini tidak bisa tidak harus ditempuh melalu pendidikan formal atu pun non formal keagamaan. Salah satunya madrasah. Bukan bohong jika kita katakan jika tidak cepat berganti generasi yang lebih baik maka negeri ini akan lebih cepat hancurnya.
Nah sekarang apakah saudara-saudara, ibu dan bapak, saudara/i semua pembaca yang budinam masih akan tetap mengabaikan dan menomerduakan pendidikan agama? Jika ya, tunggulah kehancurannya. [ali_haqie]

Saturday, February 07, 2004

PERENUNGAN

"Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan mempetakan, mana yang wajib, mana yang sunah dan mana yang mubah."

Sunday, January 18, 2004

TERBERSIT.......
Wach Malam ini serasa banyak hikmah yang didapat... keliling lihat blognya teman-taman jadi banyak masukan, ternyata bener banyak dinamika dalam hidup ini, yang penting bagi orang yang beriman itu dalam menghadapi hidup itu mesti kembali pada konsep dasar yang di gariskan Allah yakni jika menghadapi musibah maka bersabarlah dan jika mendapat kenikmatan dan anugrah bersyukurlah... nah sekarang kita bagaimana? sedang mendapat musibah atau anugrah? hanya diri masing-masing aja yang tahu. Hanya orang yang berilmu dan cerdas yang senantiasa memikirkan hal itu.
Alhamdlulillah ......................Waduch Akhirnya Sudah Hampir selesai juga bikin Web Baru http://guns96ahmad.tk Silahakan tuk mengunjungi HUuuuhhhh Haaaaahhhh Capek... semalaman begadang.... Bobo dulu Ackh.... Bismika Allahuma ahya wa'amut... ZZZZzzzzzzzzzzz..............

Friday, January 16, 2004

PESAN TAS BERKUALITAS

Kami adalah home industri yang mengerjakan berbagai jenis Tas. Baik partai kecil ataupun partai besar, insya Allah kami layani, model disesuaikan dengan keinginan, info lebih lanjut hub. email: guns96ahmad@yahoo.com atau 08121462450

Tuesday, January 13, 2004

PEMIMPIN YANG ADIL

Ketika ditanya bagaimana akhlak Rasulullah SAW, Aisyah binti Abu Bakar ra, istri Rasulullah yang paling muda menjawab : "akhlaknya Al Qur'an". Benar, akhlak Rasulullah merupakan cerminan Al-Qur'an. Simaklah Allah berfirman : "Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an agar kemu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan" (QS.16:44). Maksud keterangan dalam ayat ini bukan hanya yang diucapkan, melainkan semua sikap dan tindakan Rasulullah merupakan terjemahan hidup, dari kandungan Al-Qur'an.

Bila kita ingin memahami Al-Qur'an mari kita baca sirahnya, kita ikuti akhlaknya, kita akan mengerti hakikat yang diajarkan Al Qur'an. Bila kita kebingungan mencari idola hidup, Rasulullah SAW adalah idola yang paling pantas dalam setiap zaman. Tidak ada sedikitpun dari kepribadiannya yang tidak baik. Semua sisi dari prilakunya merupakan cerminan kebaikan. Allah berfriman : "Sesungguhnya telah ada pada
diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatagan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS.33:21).

Bila kita ingin tahu bagaimana maksud ayat (QS.4:135, QS.5:8) yang menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan sebagai bukti ketaatan dan ketakwa kapada Allah SWT., kita lihat bagaimana Rasulullah bertindak adil di antara istri-istrinya, di antara sahabat-sahabatnya dan dalam
kepemimpinannya. Pernahkah kita membaca bahwa Rasulullah bermain kolusi dengan sahabat-sahabat dekatnya? Mendahlukan kepentigan pribadinya atau keluarganya? Memanfaatkan kedudukannya untuk menumpuk kekayaan? Kekuasaan tidak membuat Rasulullah sombong. Karena ia mengerti bahwa itu semata alat untuk menegakkan ajaran Allah. Prinsip Syura benar-benar Rasulullah junjung tinggi.

Bila syura menentukan suatu keputusan, Rasulullah segera tunduk terhadap keputusan itu, sekalipun ia mempunyai pendapat pribadi. Dalam keputusan perang Uhud misalnya, Rasulullah SAW mengikuti keputusan syura untuk menghadapi kaum kafir Quraisy di Luar kota Madinah, padahal ia mempunyai pendapat untuk menghadapinya di dalam kota. Bahkan Rasulullah tidak sama sekali segan untuk meminta pendapat dari seorang istrinya sekalipun dakam hal besar yang berkaitan dengan urusan negara.

Di dalam diri Rasulullah tergambar cerminan kehambaan sejati kepada Allah. Sekecil apapun dari perilaku kepemimpinannya adalah dalam rangka mentaati perintah Allah yang Maha Mengetahui. Dan dalam kesadaran bahwa kelak di hari Kiamat ia akan mepertanggung jawabkan semuanya itu di depan Allah. Karenanya bagi Rasulullah tidak ada bedanya sahabat dekat, keluarga atau orang lain, semuanya sama di depan hukum, jika melanggar harus mendapatkan perlakuan sebagaimana mestinya.

Lihatlah, suatu hari Usamah bin Zaid, ra., datang kepada Rasulullah SAW untuk membantu membebaskan atau meringankan hukuman bagi seorang wanita Bani Makhzum yang telah melakukan pencurian. Rasulullah SAW melihat sikap Usamah seketika marah, seraya bersabada : " Kau (wahai Usamah) akan membebaskan seseorang dari hukum yang telah Allah tentukan?! Melihat kejadian itu Rasulullah segera berdiri di depan khalayak, dan bersabda : "Sungguh orang-orang terdahulu sebelum kelain dihancurkan ( oleh Allah ) karena bila pemuka mereka mencuri dibebaskan dari hukum, dan bila orang-orang lemah yang mencuri ditimpakanlah kepada mereka hukuman. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad melakukan pencurian, niscaya akan saya potong tangannya".

Monday, January 05, 2004

LULUS

Alhamdulillah, Akhirnya Kelar juga study S1-ku...
Semoga aja dengan status baru ini, aku bisa lebih mawas diri lagi dan lebih pandai proporsional membawa diri. Syukron ya teman-teman atas dukungannya dan bantuannya selama ini, semoga Allah membalas kebaikan antum sekalian dengan yang lebih baik lagi. Aamiin Ya Allah...
Jangan malah menjadi daftar panjang penganguran di Indonesia :P

Kebahagiaan datang jika kita berhenti mengeluh tentang kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, dan mengucapkan terima kasih atas kesulitan-kesulitan yang tidak menimpa kita.